Bismillah.
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat .
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat .
Burung bidadari dijuluki pula sebagai
cendrawasih kecil, karena panjang tubuhnya hanya sekitar 28 cm. Sebagaimana
burung bidadari, cendrawasih pun berada dalam genus yang sama, yaitu
Semioptera.
Warna bulu pada burung bidadari umumnya cokelat
zaitun. Pada burung jantan terdapat mahkota berwarna ungu atau ungu-pucat yang
mengkilat. Sedangkan bagian leher dan dadanya berwarna hijau zamrud. Bulu dadanya terlihat seperti perisai atau bulu pelindung. Tetapi makin ke bawah,
bulu-bulunya seperti terpisah menjadi dua bagian, masing-masing ke arah sayap
kanan dan kiri.
Yang
khas dari burung ini adalah keberadaan dua pasang bulu (4 helai) yang panjang
dan melengkung, yang keluar dari pangkal sayapnya. Warna bulu khas ini putih
susu, yang dapat dijulurkan atau diturunkan sesuai dengan keinginan si burung.
Bulu
khas itu tidak lebar, tetapi sangat lembut dan seperti teranyam pada sayapnya.
Panjang bulu khas bisa mencapai 15 cm, dan hanya menjulur pada saat-saat
tertentu yang diinginkan burung. Biasanya, si jantan akan menjulurkan bulu
khasnya saat fajar menyingsing, saat melakukan atraksi di puncak pohon untuk
menarik perhatian pasangannya.
Bulu
khas hanya dimiliki burung jantan. Burung betina tidak memilikinya. Bahkan
warna bulu betina cenderung monoton, didominasi warna cokelat zaitun. Selain
itu, postur betina juga lebih kecil daripada burung jantan. Tetapi bulu ekornya
justru lebih panjang.
Kaki
burung bidadari berwarna kuning kemerahan, sedangkan paruh berwarna seperti
tanduk, dan matanya hijau seperti buah zaitun.
Burung bidadari mendiami
kawasan hutan di Tanah Putih, Gunung Gamkonora, hutan Domato (Halmahera Barat),
hutan Labi-labi di area Taman Nasional Aketajawe, hutan Lolobata (Halmahera
Timur). Selain kawasan tersebut, burung bidadari terkadang bisa ditemui di
kawasan hutan Wasiley (Halmahera Tengah), Gunung Sibela dan Pulau Bacan
(Halmahera Selatan).
Masyarakat setempat menyebutnya burung weka-weka. Sedangkan
literatur perburungan internasional disebut sebagai standardwing,
standard-wing bird of paradise, atau wallace’s standardwing.
Makanannya terdiri atas serangga, artropoda dan buah-buahan,
terutama buah tanaman matowa. Burung jantan bersifat poligami. Pada musim
kawin, burung jantan akan melakukan tarian yang indah dan genit untuk merayu
burung betina, terutama saat pagi dan sore hari.
Si jantan akan memamerkan bulu-bulunya, dengan terbang sambil
membentangkan sayapnya, serta menari dengan genitnya. Ia juga akan
mengembangkan bulu pelindung dadanya yang berwarna hijau, serta menjulurkan dua
pasang bulu khasnya yang berwarna putih susu. Jika tertarik, burung betina akan
menghampiri dan memilih salah satu pejantan yang dinilainya paling jago dalam
menari.
0 komentar:
Posting Komentar