Kamis, 13 November 2014

Kasuari Kerdil Khas (papua Indonesia)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.



Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) adalah kasuari paling kecil. Meskipun menyandang gelar kerdil, namun burung asli pulau Papua ini masih cukup raksasa dengan tingi mencapai 1 meter lebih. Kasuari Kerdil tetaplah burung berukuran besar, hanya sedikit lebih kecil jika dibandingkan kedua spesies kasuari lainnya, yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), dan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius).
Nama latin hewan asli Papua ini adalah Casuarius bennetti Gould, 1858. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Dwarf Cassowary. Kasuari ini kadang dikenal juga sebagai ‘moruk’ atau Kasuari Gunung.
Diskripsi Fisik dan Perilaku Kasuari Kerdil
Burung Kasuari Kerdil atau Casuarius bennetti dikenali dengan ciri khas pada gelambirnya yang tidak menggantung. Juga bentuk tanduknya yang segitiga dengan bagian belakang pipih. Tinggi tubuhnya mencapai 1,1 meter dengan panjang hingga 150 dan berat badan kasuari dewasa antara 17 – 26 kg. Ukuran ini memang lebih kecil dibandingkan dengan dua spesies kasuari lainnya yaitu Kasuari Gelambir Tunggal dan Kasuari Gelambir Ganda.
Bulu burung Kasuari Kerdil berwarna hitam mengkilat, bahkan lebih kelam dibandingkan dua spesies lainnya. Kulit pada leher berwarna biru cerah dengan bagian samping leher berwarna merah.
Suara burung dari famili Casuariidae ini lebih mirip dengkuran bernada rendah dan dalam. Namun pada saat menyerang atau terancam akan mengeluarkan suara yang keras menyerupai bunyi “mwaaaa!”. Hidup secara soliter, pemalu, dan layaknya burung kasuari lainnya, Sang Jantan akan kebagian tugas untuk menjaga dan mengerami telur.
Makanan burung Kasuari Kerdil adalah buah-buahan yang jatuh di tanah. Buah-buahan tersebut ditelan langsung tanpa merusak bijinya. Biji-biji tersebut kemudian akan dikeluarkan bersama feses (kotoran) sehingga burung Kasuari Kerdil berfungsi sebagai penyebar benih tanaman yang penting di hutan. Di samping itu burung ‘kerdil yang besar’ yang tidak dapat terbang ini memiliki kemampuan berlari cepat mencapai 48 km/jam di hutan lebat, mampu melompat, berenang, dan menendang ke depan dengan kuat.
Habitat, Persebaran, dan Konservasi Kasuari Kerdil
Burung Kasuari Kerdil atau Dwarf Cassowary mendiami pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini), pulau Seram, pulau Yapen, dan New Britania. Habitatnya adalah daerah hutan pengunungan dan perbukitan hingga dataran rendah.
Jumlah populasi tidak diketahui secara pasti tetapi diduga mengalami penurunan populasi secara pesat. Penurunan populasi tersebut diakibatkan oleh perburuan dan rusaknya habitat. Karena itu oleh IUCN Red List burung Kasuari Kerdil dikategorikan sebagai spesies Near Threatened. Burung Kasuari ini tidak terdaftar dalam Appendix CITES. Di Indonesia, termasuk salah satu burung yang dilindungi berdasarkan PP. Nomor 7 Tahun 1999.


Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Deskripsi

Besar (125 cm), Burung yang tidak bisa terbang dengan bulu hitam dan kaku. kepala biru cerah, bertanduk segitiga yang tebal dan tinggi. Leher merah atau kuning bergelambir tunggal kecil berwarna merah atau biru. Kaki berukuran besar dan kokoh, memiliki tiga jari dengan kuku yang tajam. Anakan bergaris-garis lambat laun berubah menjadi coklat polos, lebih pucat dari spesies lain.
Suara
Mendengkur mirip dengan jenis lainnya.
Belum ada rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia
Penyebaran dan ras
Habitatnya terbatas di dataran rendah bagian utara Papua dari timur Daerah Kepala Burung sampai S. Ramu, dan P. Yapen, P. Batanta, dan P. Salawati, dari ketinggian permukaan laut sampai 700 m. Terdapat 4 subspesies yang dikenali secara lokal (
unappendiculatus, occipitalis,aurantiacus and philipi) tetapi bukti ilmiah mengenai perbedaan subspesies tersebut masih kurang.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Hutan hujan pamah dan hutan rawa; di Sepik sering dipelihara dalam penangkaran. Burung yang liar sangat pemalu. Keberadaannya dapat dijajaki dengan mengamati bekas tapak kakinya yang besar dengan bentuk tiga jari yang khas, atau dengan mengamati bekas kotorannya yang terdiri atas biji-bijian keras.

Status
Daftar merah IUCN             : Rentan (VU)
Perdagangan internasional :  
Perlindungan                        : PP  No. 7/1999

0 komentar:

Posting Komentar