Bismillah.
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat .
Bekantan atau
biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau
Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera
yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna
coklat kemerahan. Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa
latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa
inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis
Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera
Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat
Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang
ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan
satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua
subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis
larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat
dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus
orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status
konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau
Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990.
Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ciri-ciri dan Habitat
Bekantan.Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalis larvatus)
hanya dimiliki oleh spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan
jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera
betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena
hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya
dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina
berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut
yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan
mengkonsumsi makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian
mereka juga memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.
Bekantan (Nasalis
larvatus) hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh
seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok
berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor.
Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di
atas pohon. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan menyelam dengan
baik, terkadang terlihat berenang menyeberang sungai atau bahkan berenang dari
satu pulau ke pulau lain.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari
atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa
kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa
(berumur 4-5 tahun).
Habitat Bekantan (Nasalis
larvatus) masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain di Suaka
Margasatwa (SM) Pleihari Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA)
Pulau Kaget, CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang. Juga
terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai
Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Konservasi Bekantan. Bekantan
(Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000 dimasukkan dalam
status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan)
setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu
Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh
diperdagangkan secara internasional)
Pada tahun 1987
diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi
pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa
sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih
fungsi dan kebakaran hutan.
0 komentar:
Posting Komentar