Bismillah.
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat .
Burung Rangkong (Enggang) adalah burung yang terdiri dari 57
spesies yang tersebar di Asia dan Afrika. 14 diantaranya terdapat di Indonesia.
Di antara enggang, jenis enggang gading adalah yang terbesar ukurannya, baik
kepala, paruh dan tanduknya yang menutupi bagian dahinya. Enggang gading adalah
salah satu dari 14 jenis burung rangkong yang ada di Indonesia dan menjadi
maskot provinsi Kalimantan Barat. Karena jumlahnya yang semakin sedikit burung
ini termasuk dalam jenis fauna yang dilindungi undang-undang.
Binatang yang dilindungi ini pada usia mudanya mempunyai paruh dan
mahkota berwarna putih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah
warna menjadi oranye dan merah, ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan
paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya.
Burung ini menyukai daun Ara sebagai makanan favoritnya, tapi tidak jarang juga
makan serangga, tikus, kadal bahkan burung kecil.
Burung Enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan
cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri. Pada awal masa bertelur
burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang pohon untuk
tempat bersarang dan bertelurnya burung betina. Selama mengerami telurnya, sang
betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang
sebagai jendelanya. Kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya
melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak
mereka tumbuh menjadi burung muda. Karena itulah burung enggang ini dijadikan
sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu
mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga
menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa.
Burung enggang biasa bertengger di pohon yang tinggi, sebelum
terbang Enggang memberikan tanda dengan mengeluarkan suara gak yang keras.
Ketika sudah mengudara kepakan sayap enggang mengeluarkan suara yang dramatik.
Burung ini hidup berkelompok sekitar 2 sampai 10 ekor tiap pohon. Terkadang
burung terbang bersama dalam jumlah antara 20-30 ekor. Suara enggang ini sangat
khas dan nyaring sekali seakan-akan memanggil sekawannya di balik pohon yang
rindang. Musim telurnya dari bulan April sampai Juli dan anak-anak burung yang
lebih besar membantu burung jantan dewasa menyediakan makan bagi burung betina
dan anak-anaknya yang baru menetas.
Dalam budaya Suku Dayak Kalimantan, burung enggang selalu menjadi
bagiannya. Mitos dan cerita di balik burung enggang berbeda-beda di setiap
daerah salah satu mitos tersebut mengatakan burung enggang adalah penjelmaan
dari Panglima Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung
pedalaman kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang.
Umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak dibuang.
Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala burung enggang
yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan kepala inipun hanya
boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
0 komentar:
Posting Komentar