Selasa, 30 September 2014

BURUNG KUAU RAJA SI RAKSASA SERATUS MATA.khas-DAERAH(sumatera barat.-INDONESIA).

Bismillah.
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat . 






Burung Kuau Raja atau Kuau Besar Si Raksasa dengan Seratus Mata. Lho?. Burung kuau raja selain berukuran sangat besar pun memiliki bulu bermotif bundaran-bundaran menyerupai mata berwarna cerah dan berbintik-bintik keabu-abuan, apalagi ketika bulu ekornya dikembangkan. Karena itulah Carolus Linnaeus kemudian memberikan nama ilmiah Argusianus argus kepada burung kuau raja. Argus sendiri merupakan sosok raksasa bermata seratus dalam mitologi Yunani.
Burung kuau besar (kuau raja) ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Sumatera Barat mendampingi pohon Andalas (Morus macroura) yang ditetapkan sebagai flora identitas. Sayangnya burung berukuran besar dan berbulu indah ini termasuk salah satu burung langka di Indonesia meskipun IUCN Redlist ‘hanya’ memasukkannya dalam kategori Near Threatened.
Burung kuau raja atau kuau besar yang mempunyai nama latin Argusianus argus ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Great Argus. Sedangkan dalam bahasa lokal, burung yang di Indonesia mendiami pulau Sumatera dan Kalimantan ini selain dikenal sebagai kuau juga kerap dipanggil ‘kuang’.
Diskripsi Fisik dan Perilaku. Burung kuau raja (Argusianus argus) berukuran besar. Burung jantan dewasa dapat mempunyai panjang hingga 2 meter (kepala sampai ekor), sedangkan burung kuau besar betina hanya sekitar 75-an cm dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek. Berat badannya mampu mencapai 10 kg lebih. Selain bulatan-bulan menyerupai mata pada bulunya, ciri khas lainnya burung ini adalah terdapatnya dua helai bulu ekor yang panjangnya hingga 1 meter.



Bulu tubuh kuau raja berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-bundaran berwarna cerah serta berbintik-bintik keabu-abuan. Kulit di sekitar kepala dan leher pada burung jantan biasanya tidak ditumbuhi bulu dan berwarna kebiruan. Pada bagian belakang kepala burung betina terdapat bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lobang hidung berwarna kehitaman. Iris mata berwarna merah. Warna kaki kemerahan dan tidak mempunyai taji.
Suara burung kuau raja sangat keras sehingga dapat terdengar dari jarak lebih dari satu mil. Kicauan burung ini berbunyi “ku-wau”. Mungkin lantaran itu kemudian burung ini mendapatkan nama ‘kuau’.
Kuau raja hidup di permukaan tanah. Walaupun burung maskot Sumatera Barat mini bisa terbang jarak pendek, namun kemampuan mereka untuk berlari sangat baik. Selain itu, burung kuau raja memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam ini menjadikannya sukar ditangkap. Membuat sarang di permukaan tanah. Dan makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis serangga.
Salah satu yang unik adalah saat menjelang kawin. Seperti burung merak, Kuau jantan akan memamerkan tarian di depan kuau betina dengan mengembangkan bulu sayap dan ekor. Bulu ekor akan mengembang seperti kipas dengan dua bulu ekor terpanjang tegak menjulang di tengah-tengah ‘kipas raksasa’ tersebut. Perlahan-lahan ‘kipas raksasa’ tersebut ditarik ke depan sehingga tubuh, kepala dan kakinya tersembunyi di balik bulu. Kemudian kipas itu digetarkan sehingga menimbulkan suara gemerisik.
Persebaran, Habitat, dan Konservasi. Burung kuau raja atau kuau besar (Argusianus argus) hidup tersebar di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Thailand, Myanmar, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Habitat yang disukainya adalah hutan primer di dataran rendah hingga ketinggian 1.500 meter dpl.
Meskipun dalam status konservasi yang dikeluarkan oleh IUCN Redlist, burung kuau besar ‘hanya dianggap’ Near Threatened (hampir terancam punah) namun di Indonesia burung raksasa ini mulai jarang dijumpai. Burung kuau raja juga terdaftar sebagai CITESApendiks II. Dan di Indonesia, selain ditetapkan sebagai maskot (fauna identitas) provinsi Sumatera Barat, burung kuau raja pun termasuk burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Ancaman terhadap kelestarian burung ini terutama disebabkan oleh rusaknya habitat akibat kerusakan hutan, kebakaran hutan, dan alih fungsi hutan. Selain itu perburuan yang dilakukan untuk mendapatkan daging dan bulu ataupun untuk diperdagangkan ikut menjadi ancaman bagi raksasa besar dengan seratus mata ini.

2 komentar:

  1. wah nice info gan....
    kyk ayam ya... tp bulunya keren gan... ada matanya haha....
    Cara Ngoding

    BalasHapus
  2. yang ngoding adalah Allah. Tuhan semesta alam. jadi saya kurang paham masalah itu.

    BalasHapus