Jumat, 14 November 2014

Kura-kura berleher ular Khas (NTT indonesia)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Kura-kura berleher ular dari Indonesia bagian timur memang eksotis. Kura-kura yang terdiri atas beberapa jenis dan dikelompokkan dalam famili Chelidae ini disebut sebagai kura-kura berleher ular yang beberapa jenis disebut juga kura-kura berleher panjang dan jenis lain dinamai kura-kura berleher pendek.
Nama kura-kura jenis ini memang diambil dari bentuk lehernya yang khas dan eksotis. Kura-kura berleher ular mempunyai leher yang panjang sehingga menyerupai ular. Uniknya lagi, kepala dan leher kura-kura jenis tidak dapat ditarik dan disembunyikan di dalam tempurung (karapas).
Kura-kura yang beberapa jenisnya ada di Indonesia bagian timur ini tidak dapat menarik dan menyembunyikan leher dan kepalanya ke dalam tempurung (karapas). Karena itukura-kura berleher ular hanya dapat melipat lehernya ke samping tempurung.
Berbagai jenis kura-kura leher panjang dapat dijumpai di Indonesia (Papua dan pulau-pulau sekitar), Papua Nugini, Australia, dan Amerika Latin.
Semua Kura-kura berleher ular adalah kura-kura air tawar. Jenis kura-kura dari famili Chelidae ini mempunyai makanan yang berbeda-beda mulai dari ikan, serangga, dan herbivora.
Kura-kura anggota famili Chelidae terdiri atas sekitar 60 jenis (spesies) yang digolongkan dalam 20 genus. Beberapa spesies kura-kura berleher ular yang bisa dijumpai di Indonesia lengkap dengan nama latin, status konservasi, dan gambar antara lain:
§  Kura-kura Rote atau Roti Island snake-necked turtle (Chelodina mccordi). Merupakan hewan endemik pulau Rote. Binatang ini sangat langka sehingga oleh IUCN dikategorikan dalam Critically Endangered (Kritis) dan oleh CITES di daftar dalam Apendiks II. Sayangnya jenis Kura-kura rote berukuran antara 18 hingga 24 cm ini justru luput dari daftar hewan yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. 
§  Kura-kura Papua Leher Panjang atau New Guinea snake-necked turtle(Chelodina novaeguineae). Jenis kura-kura ini hidup tersebar di Papua (Indonesia dan Papua Nugini) dan Australia. Status konservasi IUCN Redlist binatang ini adalah Least Concern (Resiko Rendah) dan termasuk salah satu reptil yang dilindungi di Indonesia. 
§  Reimann’s snake-necked turtle (Chelodina reimanni). Jenis kura-kura dengan panjang antara 14-21 cm ini terdapat di Papua, Indonesia. Status konservasi reptil ini adalah Near Threatened (Hampir Terancam) namun bukan termasuk salah satu reptil yang dilindungi di Indonesia.
§  Chelodina rugosa. Jenis kura-kura sepanjang 20-30 cm ini ditemukan di Indonesia dan Australia. Status konservasi reptil ini adalah Near Threatened (Hampir Terancam).
§  Parker’s snake-necked turtle (Chelodina parkeri Sin. Macrochelodina parkeri). Jenis kura-kura berukuran 20-27 cm ini terdapat di Papua (Indonesia dan Papua Nugini). Berstatus Vulnerable (Rentan). 
§  Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti). Termasuk reptil endemik Indonesia yang dilindungi di Indonesia dan berstatus Vulnerable (Rentan). 
§  Kura Irian leher pendek atau New Guinea Spotted Turtle (Elseya novaeguineae). Jenis ini hidup di Papua (Indonesia dan Papua Nugini). Termasuk binatang yang dilindungi di Indonesia dan berstatus konservasi Least Concern (Resiko Rendah).
§  New Guinea snapping turtle (Myuchelys novaeguineae). Jenis ini hidup di Papua (Indonesia dan Papua Nugini). Status konservasi Least Concern (Resiko Rendah).

§  Northern Snake-Necked Turtle (Macrochelodina rugosa). Jenis ini hidup di Indonesia (Papua) dan Australia bagian utara.

Kamis, 13 November 2014

Kucing merah Khas (Kalimantan Indonesia.)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Kucing Merah atau yang dalam bahasa latin disebut Pardofelis badia merupakan salah satu spesies kucing kecil endemik pulau Kalimantan. Sayangnya tidak banyak yang mengenal kucing merah yang langka ini. Saya sendiri belum pernah sekalipun melihat Kucing Merah dari kalimantan ini, sekalipun di kebun binatang. Mungkin sobat ada yang pernah melihatnya?
Kucing Merah disebut juga sebagai Kucing Kalimantan atau Kucing Borneo. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Borneo Bay CatBay CatBornean Bay Cat, dan Bornean Marbled Cat. Di Malaysia binatang yang juga menghuni Serawak dan Sabah ini dikenal dengan Kucing Merah. Sedangkan dalam bahasa latin disebut sebagai Pardofelis badia, yang bersinonim dengan Catopuma badia dan Felis badia.
Kucing Merah ini merupakan saudara dekat dan masih satu nenek moyang dengan Kucing Emas (Asian Golden Cat) yang banyak terdapat di Sumatera, dan beberapa negara Asia Tenggara. Diperkirakan kucing endemik kalimantan ini telah ada sejak 4 juta tahun yang silam saat pulau Kalimantan masih bersatu dengan daratan Asia.
Ciri-ciri dan Perilaku. Kucing Merah (Borneo Bay Cat) mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan walaupun ada varian yang berwarna keabu-abuan. Bagian bawah tubuh Kucing Kalimantan berwarna lebih pucat daripada bagian atas. Terdapat garis warna merah kecokelatan agak muda pada kening dan pipi. Telinga kucing langka ini berwarna hitam atau cokelat tua, dan pada ekor bergaris putih dengan bintik hitam diujung ekor.
Kucing Merah mempunyai tubuh ramping memanjang dengan panjang sekitar 55 cm dengan ekor yang panjangnya berkisar 35 cm. Kucing Merah  (Borneo Bay Cat) mempunyai berat tubuh antara 2,3 -4,5 kg.
Belum banyak yang dapat digali tentang perilaku kucing endemik Kalimantan yang langka ini. Kucing Merah (Pardofelis badia) termasuk binatang nokturnal yang banyak beraktifitas di malam hari untuk memburu burung, tikus, dan monyet. Selain seekor pemburu, Kucing Merah (Catopuma badia) juga memakan bangkai-bangkai binatang yang terdapat di hutan.
Kucing Merah (Borneo Bay Cat) menginjak dewasa dan matang secara seksual pada usia antara 18-24 bulan. Kucing endemik kalimantan ini mempunyai masa kehamilan sekitar 70-75 hari dengan melahirkan 1-3 ekor anak dalam sekali masa kehamilan.
Habitat, Populasi, dan Konservasi. Kucing Merah Kalimantan (Pardofelis badia), hanya terdapat di pulau Kalimantan (Indonesia dan Malaysia) saja. Kucing ini mendiami hutan-hutan tropis dataran rendah yang lebat hingga ketinggian 900 meter dpl.
Populasi kucing langka ini sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti. Karena itu 2002 Kucing Merah (Borneo Bay Cat) dikategorikan dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah).

Kasuari gelembir tunggal Khas (papua indonesia)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


 Deskripsi
Besar (125 cm), Burung yang tidak bisa terbang dengan bulu hitam dan kaku. kepala biru cerah, bertanduk segitiga yang tebal dan tinggi. Leher merah atau kuning bergelambir tunggal kecil berwarna merah atau biru. Kaki berukuran besar dan kokoh, memiliki tiga jari dengan kuku yang tajam. Anakan bergaris-garis lambat laun berubah menjadi coklat polos, lebih pucat dari spesies lain.
Penyebaran dan ras
Habitatnya terbatas di dataran rendah bagian utara Papua dari timur Daerah Kepala Burung sampai S. Ramu, dan P. Yapen, P. Batanta, dan P. Salawati, dari ketinggian permukaan laut sampai 700 m. Terdapat 4 subspesies yang dikenali secara lokal (
unappendiculatus, occipitalis,aurantiacus and philipi) tetapi bukti ilmiah mengenai perbedaan subspesies tersebut masih kurang.

Tempat hidup dan Kebiasaan
Hutan hujan pamah dan hutan rawa; di Sepik sering dipelihara dalam penangkaran. Burung yang liar sangat pemalu. Keberadaannya dapat dijajaki dengan mengamati bekas tapak kakinya yang besar dengan bentuk tiga jari yang khas, atau dengan mengamati bekas kotorannya yang terdiri atas biji-bijian keras.

Suara
Mendengkur mirip dengan jenis lainnya.
Belum ada rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia
Status
Daftar merah IUCN             : Rentan (VU)
Perdagangan internasional :  
Perlindungan                        : PP  No. 7/1999

Kasuari Kerdil Khas (papua Indonesia)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.



Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) adalah kasuari paling kecil. Meskipun menyandang gelar kerdil, namun burung asli pulau Papua ini masih cukup raksasa dengan tingi mencapai 1 meter lebih. Kasuari Kerdil tetaplah burung berukuran besar, hanya sedikit lebih kecil jika dibandingkan kedua spesies kasuari lainnya, yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), dan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius).
Nama latin hewan asli Papua ini adalah Casuarius bennetti Gould, 1858. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Dwarf Cassowary. Kasuari ini kadang dikenal juga sebagai ‘moruk’ atau Kasuari Gunung.
Diskripsi Fisik dan Perilaku Kasuari Kerdil
Burung Kasuari Kerdil atau Casuarius bennetti dikenali dengan ciri khas pada gelambirnya yang tidak menggantung. Juga bentuk tanduknya yang segitiga dengan bagian belakang pipih. Tinggi tubuhnya mencapai 1,1 meter dengan panjang hingga 150 dan berat badan kasuari dewasa antara 17 – 26 kg. Ukuran ini memang lebih kecil dibandingkan dengan dua spesies kasuari lainnya yaitu Kasuari Gelambir Tunggal dan Kasuari Gelambir Ganda.
Bulu burung Kasuari Kerdil berwarna hitam mengkilat, bahkan lebih kelam dibandingkan dua spesies lainnya. Kulit pada leher berwarna biru cerah dengan bagian samping leher berwarna merah.
Suara burung dari famili Casuariidae ini lebih mirip dengkuran bernada rendah dan dalam. Namun pada saat menyerang atau terancam akan mengeluarkan suara yang keras menyerupai bunyi “mwaaaa!”. Hidup secara soliter, pemalu, dan layaknya burung kasuari lainnya, Sang Jantan akan kebagian tugas untuk menjaga dan mengerami telur.
Makanan burung Kasuari Kerdil adalah buah-buahan yang jatuh di tanah. Buah-buahan tersebut ditelan langsung tanpa merusak bijinya. Biji-biji tersebut kemudian akan dikeluarkan bersama feses (kotoran) sehingga burung Kasuari Kerdil berfungsi sebagai penyebar benih tanaman yang penting di hutan. Di samping itu burung ‘kerdil yang besar’ yang tidak dapat terbang ini memiliki kemampuan berlari cepat mencapai 48 km/jam di hutan lebat, mampu melompat, berenang, dan menendang ke depan dengan kuat.
Habitat, Persebaran, dan Konservasi Kasuari Kerdil
Burung Kasuari Kerdil atau Dwarf Cassowary mendiami pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini), pulau Seram, pulau Yapen, dan New Britania. Habitatnya adalah daerah hutan pengunungan dan perbukitan hingga dataran rendah.
Jumlah populasi tidak diketahui secara pasti tetapi diduga mengalami penurunan populasi secara pesat. Penurunan populasi tersebut diakibatkan oleh perburuan dan rusaknya habitat. Karena itu oleh IUCN Red List burung Kasuari Kerdil dikategorikan sebagai spesies Near Threatened. Burung Kasuari ini tidak terdaftar dalam Appendix CITES. Di Indonesia, termasuk salah satu burung yang dilindungi berdasarkan PP. Nomor 7 Tahun 1999.


Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Deskripsi

Besar (125 cm), Burung yang tidak bisa terbang dengan bulu hitam dan kaku. kepala biru cerah, bertanduk segitiga yang tebal dan tinggi. Leher merah atau kuning bergelambir tunggal kecil berwarna merah atau biru. Kaki berukuran besar dan kokoh, memiliki tiga jari dengan kuku yang tajam. Anakan bergaris-garis lambat laun berubah menjadi coklat polos, lebih pucat dari spesies lain.
Suara
Mendengkur mirip dengan jenis lainnya.
Belum ada rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia
Penyebaran dan ras
Habitatnya terbatas di dataran rendah bagian utara Papua dari timur Daerah Kepala Burung sampai S. Ramu, dan P. Yapen, P. Batanta, dan P. Salawati, dari ketinggian permukaan laut sampai 700 m. Terdapat 4 subspesies yang dikenali secara lokal (
unappendiculatus, occipitalis,aurantiacus and philipi) tetapi bukti ilmiah mengenai perbedaan subspesies tersebut masih kurang.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Hutan hujan pamah dan hutan rawa; di Sepik sering dipelihara dalam penangkaran. Burung yang liar sangat pemalu. Keberadaannya dapat dijajaki dengan mengamati bekas tapak kakinya yang besar dengan bentuk tiga jari yang khas, atau dengan mengamati bekas kotorannya yang terdiri atas biji-bijian keras.

Status
Daftar merah IUCN             : Rentan (VU)
Perdagangan internasional :  
Perlindungan                        : PP  No. 7/1999

Rabu, 12 November 2014

kambing hutan Khas (sumatra indonesia)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Kambing Hutan Sumatera(Sumatran Serow) atau yang dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Capricornis sumatraensis sumatraensis adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatra.
Di alam bebas keberadaan fauna ini semakin langka dan terancam kepunahan. Oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), satwa ini dikategorikan dalam “genting” atau “Endangered”. Sehingga tidak salah, untuk melindungi yang masih tersisa,  jika kemudian pemerintah Indonesia menetapkan Kambing Hutan Sumatera sebagai salah satu satwa yang dilindungi dari kepunahan berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999. Sayangnya saya sendiri tidak tahu berapakah populasinya yang bertahan hingga kini. Seharian googling hanya sekedar mencari jumlah populasi kambing ini tetapi hasilnya nihil. Mungkin ada sobat yang bisa membantu?.
Ciri khas Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) ini adalah bertanduk ramping, pendek dan melengkung ke belakang. Berat badannya antara 50 – 140 kg dengan panjang badannya mencapai antara 140 – 180 cm. Tingginya bila dewasa mencapai antara 85 – 94 cm.
Pada dasarnya kambing hutan berbeda dengan kambing yang diternakkan, karena kambing hutan merupakan perpaduan antara kambing dengan antelop dan masih mempunyai hubungan dekat dengan kerbau. Kambing hutan merupakan satwa yang sangat tangkas dan sering terlihat memanjat dengan cepat di lereng terjal yang biasanya hanya  bisa dicapai oleh manusia dengan bantuan tali.
Kambing Hutan Sumatera ini mempunyai habitat di hutan-hutan pegunungan dataran tinggi sumatera. Populasinya yang masih tersisa terdapat di Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan) juga dapat ditemukan di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang secara administratif berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara dan Taman Nasional Gunung Leuser (Nanggroe Aceh Darussalam).
Tidak ada laporan yang berarti tentang kambing ini dalam sepuluh tahun terakhir. Berapakah spesies yang tersisa di alam bebas pun tidak diketahui dengan pasti. Mungkin karena maraknya penebangan dan illegal logging Indonesia, dan kebakaran hutanmembuat populasi Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) semakin terdesak dan langka serta semakin sulit diketemukan. Oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), satwa ini dikategorikan dalam “genting” atau “Endangered” atau tiga tingkat di bawah kategori “Punah” (Extinct).
Langkanya Kambing Hutan Sumatera ini membuat hanya sedikit kebun binatang di dunia yang memiliki satwa ini sehingga Kebun binatang yang memiliki koleksi spesies ini sangat bangga. Bahkan banyak kebun binatang di Indonesia sendiri yang tidak memilikinya.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo:Artiodactyla. Famili: Bovidae. Upafamili: Caprinae. Genus: Capricornis. Spesies:Capricornis sumatraensis. Upaspesies: Capricornis sumatraensis sumatraensis. Nama trinomial: Capricornis sumatraensis sumatraensis (Bechstein, 1799). Sinonim:Naemorhedus sumatraensis sumatraensis.

Selasa, 11 November 2014

bajing Khas (Indonesia.)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Bajing memiliki moncong yang tidak terlalu panjang seperti halnya tupai, bagian muka (mulut dan hidung) relatif agak rata atau datar. Bajing ada yang hidup di tanah juga ada yang hidup di pohon. Bahkan bajing dari subspesies Pteromyini mampu terbang (melayang dari atas ke bawah), karena jenis ini mempunyai membran (selaput tipis) diantara kaki depan dan belakang yang memungkinkan melayang jauh diantara pepohonan. Berbeda dengan Tupai yang memakan serangga, bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan. Sering kali binatang ini dianggap sebagai hama terutama pada tanaman kelapa dan perkebunan buah. Mungkin lantaran dianggap binatang hama dan perusak ini kemudian muncul istilah ‘bajingan’.
Bajing terdiri atas 51 genus dan 278 spesies (jenis). Beberapa jenis Bajing yang terdapat di Indonesia antara lain:
§  Ratufa bicolor (Jelarang); Hutan tropis dan subtropis di Asia termasuk Indonesia.
§  Callosciurrus prevostii (Bajing Tiga Warna); Kalimantan
§  Callosciurrus nigrovittatus (Bajing Hitam); Thailand, Semenajung Malaya, Sumatra dan Jawa.
§  Callosciurrus notatus (Bajing Kelapa); terdapat di Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan Lombok, serta pulau-pulau di sekitarnya
§  Callosciurrus adamsi (Bajing Telinga Botol); Endemik Kalimantan
§  Callosciurrus orestes (Bajing Kelabu); terdapat di Kalimantan
§  Sundasciurus hippurus (Bajing Ekor Kuda): Kalimantan
§  Sundasciurus lowii (Bajing Ekor Pendek): Kalimantan
§  Sundasciurus tenuis (Bajing Bancirot); Kalimantan
§  Sundasciurus jentinki (Bajing Jentink); Kalimantan
§  Sundasciurus brookei (Bajing Brooke); Kalimantan
§  Sundasciurus juvencus (Bajing Palawan); Jawa dan Bali 

Burung Rangkong papan Khas (kalimantan Indonesia.)

Bismillah.Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat.


Burung rangkong adalah salah satu jenis burung yang menjadi kekayaan fauna di negeri kita. Burung ini berukuran besar, dan memiliki warna yang sangat indah. Bahkan orang Dayak di Kalimantan, memberi penghargaan yang sangat tinggi terhadap burung ini.
Rangkong adalah lambang kesucian, kekuatan dan kekuasaan. Bahkan komunikasi dengan arwah leluhur terjadi melalui perantaraan burung ini. Hal ini juga tergambar jelas dalam seni tari budaya Dayak yang banyak dihiasi oleh bulu burung rangkong. Dalam dunia makrokosmos orang Dayak, konon roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak sering menampakkan diri dalam wujud rangkong raksasa, dan dikenal dengan nama Panglima Burung.
Burung Indonesia mencatat, keberadaan rangkong di Indonesia tersebar. Sembilan jenis ada di Sumatera yaitu enggang klihingan, enggang jambul, julang jambul-hitam, julang emas, kangkareng hitam, kangkareng perut-putih, rangkong badak, rangkong gading, dan rangkong papan. Empat jenis lagi berada di Sumba (julang sumba), Sulawesi (julang dan kangkareng sulawesi), serta Papua (julang papua). Kalimantan memiliki jenis rangkong yang sama seperti Sumatera, kecuali rangkong papan.
Uniknya, penyebutan nama rangkong sering disamakan juga dengan julang, enggang, dan kangkareng. Padahal masing-masing nama tersebut memiliki ciri tersendiri. Rangkong misalnya, memiliki ciri cula di atas paruh yang besar dan sangat jelas. Julang ditandai dengan cula di atas paruh yang pendek dan berkerenyut. Enggang bisa dilihat dari cula di atas paruh yang tidak terlalu jelas dan berkerenyut. Sementara kangkareng bercirikan cula berukuran sedang yang terlihat jelas namun tidak berkerenyut.
Rangkong merupakan hidupan liar yang sangat berjasa pada regenerasi hutan. Menurut para ahli, seekor rangkong dapat terbang dalam radius 100 km persegi.Artinya, burung yang termasuk dalam keluarga Bucerotidae ini dapat menebar biji hingga 100 km jauhnya. Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien, peneliti rangkong dan hutan tropis, menjuluki rangkong sebagai petani hutan karena kehebatannya menebar biji. Menurut mereka, terdapat korelasi erat antara rangkong dengan hutan yang sehat.
Sebagai kelompok burung berukuran besar, rangkong mudah dikenali dari cula (casque) pada pangkal paruhnya. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), ada 3 jenis yang statusnya kini terancam punah dan masuk pada kategori Rentan (Vulnerable/VU) yaitu julang sumba (Aceros everetti), julang sulawesi (Aceros cassidix), dan kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus).
Khusus julang sumba, jenis yang hanya dijumpai di Pulau Sumba ini diperkirakan hanya tersisa kurang dari 4.000 ekor dengan kepadatan rata-rata 2,3 ekor per km persegi.  Kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menyebabkan populasi jenis ini menurun.