Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat .
Ada tiga macam burung beo dari Sumatera, yaitu beo Medan, beo
Nias, dan beo Lampung. Beo Nias banyak dicar karena cepat jinak dan lebih
gampang dilatih. Membeo berarti pandai menirukan perkataan orang lain tanpa
mengerti maksudnya. Kepandaian itu juga dimiliki oleh burung tiung (Gracula religiosa),
sehingga oleh masyarakat ia lebih dikenal dengan sebutan burung beo.
Beo terbesar dari pulau Nias
Burung beo sebenarnya tergolong
satwa liar yang kelestariannya dilindungi undang-undang. Akan tetapi tak
sedikit masyarakat yang memeliharanya sebagai burung kesayangan, karena
pandainya menirukan kata-kata dan bunyi-bunyi makhluk lain.
Burung beo yang banyak
dipelihara sebagai binatang kesayangan adalah yang berasal dari pulau Sumatera.
Ada tiga macam beo berdasarkan daerah asalnya, yaitu beo Medan, beo Nias, dan
beo Lampung. Beo Medan bukan berasal dari Medan, namun dari daerah Tapanuli,
Sumatera Barat, Riau, dan Aceh. Medan merupakan tempat pengumpulan dan
penampungan saja. Setelah tiba di Jawa, burung itu disebut burung beo Medan.
Beo Nias asli berasal dari
Pulau Nias
Beo Medan dan beo Nias sepintas
sulit dibedakan karena besarnya sama. Begitu pula warna bulunya yang hitam
mengkilat dan bentuk paruhnya yang besar kekuning-kuningan. Cuping kedua beo
itu menyatu di belakang kepala dan bentuknya menggelambir. Kalau beo Nias warna
cuping kuduknya kuning muda, sebaliknya beo medan kuning tua. Suara beo Nias
lebih keras bunyinya dibanding beo Medan.
Beo Lampung kecil ukurannya,
kira-kira sebesar burung jalak. Warna bulunya kurang semarak, hitam agak kusam.
Cuping telinganya juga menggelambir, tetapi kecil. Sifatnya binal,
penjinakannya lama, kemampuannya menirukan bunyi-bunyian tidak begitu banyak,
dan suaranya kecil.
Hasil tangkapan
Semua burung beo yang dijual
orang tadinya merupakan hasil tangkapan dari alam, karena hanya sedikit
peternak burung beo yang ada di Indonesia. Ada tiga macam bakalan burung beo
yang dijual orang di pasar, yaitu bakalan berupa piyik, usia remaja, dan yang
sudah terlatih. Membeli beo yang masih piyik besar resikonya. Merawatnya susah karena
harus telaten menyuapinya. Ancaman kematiannya tinggi kalau lengah merawatnya.
Tapi keuntungannya, ia cepat jinak dan lebih gampang dilatih, karena sudah
kenal sejak kecil.
Membeli beo remaja yang belum
terlatih bicara juga susah perawatannya, lebih-lebih kalau ia baru saja
diperoleh dari hasil tangkapan di hutan. Proses penjinakan dan adaptasinya
dengan lingkungan sekitar membutuhkan waktu lama. Begitu pula mengubah selera
makannya, dari makanan yang terdapat di hutan dengan makanan baru yang terdapat
di sekitar kita. Untuk melatihnya bicara, kita juga harus menunggunya sampai
jinak dulu.
Paling aman adalah membeli
bakalan yang sudah terlatih, walau ia baru bisa mengucapkan beberapa kata saja.
Karena ia sudah jinak dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Kalau rajin dilatih dan baik pemeliharaannya, ia akan cepat menguasai
perbendaharaan kata yang lebih banyak. Bakalan burung beo yang baik warna
bulunya hitam mengkilat, bulu beludru di kepalanya tebal hitam dan tampak
kontras dengan warna paruh dan cupingnya yang kekuningan. Harganyapun juga
lebih mahal.
Burung beo yang sudah terlatih
pandai menirukan bunyi-bunyian apa saja yang terdapat di sekitarnya. Ia juga
bisa menirukan lolongan anjing, kokok ayam jantan, kicauan burung, klakson
mobil, siulan, ucapan, dan nyanyian orang.
0 komentar:
Posting Komentar