Senin, 29 September 2014

PENCEGAHAN KEPUNAHAN IKAN BELIDA. khas(Sumatera Selatan, Indonesia.)

Bismillah.
Sebenarnya artikel ini terinsperasi dari tugas sekolah dengan tujuan untuk mengenali organisme khas daerah karena menarik sayapun mencoba untuk memposting di blog dan semoga bermanfaat . 




Ada tiga macam burung beo dari Sumatera, yaitu beo Medan, beo Nias, dan beo Lampung. Beo Nias banyak dicar karena cepat jinak dan lebih gampang dilatih. Membeo berarti pandai menirukan perkataan orang lain tanpa mengerti maksudnya. Kepandaian itu juga dimiliki oleh burung tiung (Gracula religiosa), sehingga oleh masyarakat ia lebih dikenal dengan sebutan burung beo.

Beo terbesar dari pulau Nias
Burung beo sebenarnya tergolong satwa liar yang kelestariannya dilindungi undang-undang. Akan tetapi tak sedikit masyarakat yang memeliharanya sebagai burung kesayangan, karena pandainya menirukan kata-kata dan bunyi-bunyi makhluk lain.
Burung beo yang banyak dipelihara sebagai binatang kesayangan adalah yang berasal dari pulau Sumatera. Ada tiga macam beo berdasarkan daerah asalnya, yaitu beo Medan, beo Nias, dan beo Lampung. Beo Medan bukan berasal dari Medan, namun dari daerah Tapanuli, Sumatera Barat, Riau, dan Aceh. Medan merupakan tempat pengumpulan dan penampungan saja. Setelah tiba di Jawa, burung itu disebut burung beo Medan.
Beo Nias asli berasal dari Pulau Nias
Beo Medan dan beo Nias sepintas sulit dibedakan karena besarnya sama. Begitu pula warna bulunya yang hitam mengkilat dan bentuk paruhnya yang besar kekuning-kuningan. Cuping kedua beo itu menyatu di belakang kepala dan bentuknya menggelambir. Kalau beo Nias warna cuping kuduknya kuning muda, sebaliknya beo medan kuning tua. Suara beo Nias lebih keras bunyinya dibanding beo Medan.
Beo Lampung kecil ukurannya, kira-kira sebesar burung jalak. Warna bulunya kurang semarak, hitam agak kusam. Cuping telinganya juga menggelambir, tetapi kecil. Sifatnya binal, penjinakannya lama, kemampuannya menirukan bunyi-bunyian tidak begitu banyak, dan suaranya kecil.
Hasil tangkapan
Semua burung beo yang dijual orang tadinya merupakan hasil tangkapan dari alam, karena hanya sedikit peternak burung beo yang ada di Indonesia. Ada tiga macam bakalan burung beo yang dijual orang di pasar, yaitu bakalan berupa piyik, usia remaja, dan yang sudah terlatih. Membeli beo yang masih piyik besar resikonya. Merawatnya susah karena harus telaten menyuapinya. Ancaman kematiannya tinggi kalau lengah merawatnya. Tapi keuntungannya, ia cepat jinak dan lebih gampang dilatih, karena sudah kenal sejak kecil.
Membeli beo remaja yang belum terlatih bicara juga susah perawatannya, lebih-lebih kalau ia baru saja diperoleh dari hasil tangkapan di hutan. Proses penjinakan dan adaptasinya dengan lingkungan sekitar membutuhkan waktu lama. Begitu pula mengubah selera makannya, dari makanan yang terdapat di hutan dengan makanan baru yang terdapat di sekitar kita. Untuk melatihnya bicara, kita juga harus menunggunya sampai jinak dulu.
Paling aman adalah membeli bakalan yang sudah terlatih, walau ia baru bisa mengucapkan beberapa kata saja. Karena ia sudah jinak dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kalau rajin dilatih dan baik pemeliharaannya, ia akan cepat menguasai perbendaharaan kata yang lebih banyak. Bakalan burung beo yang baik warna bulunya hitam mengkilat, bulu beludru di kepalanya tebal hitam dan tampak kontras dengan warna paruh dan cupingnya yang kekuningan. Harganyapun juga lebih mahal.

Burung beo yang sudah terlatih pandai menirukan bunyi-bunyian apa saja yang terdapat di sekitarnya. Ia juga bisa menirukan lolongan anjing, kokok ayam jantan, kicauan burung, klakson mobil, siulan, ucapan, dan nyanyian orang.


0 komentar:

Posting Komentar